Membenarkan dengan Keikhlasan
Source : Radio Dakta Bekasi – 107.00 FM (taujih pagi ini)
Diceritakan sebuah kisah hikmah oleh sang penyiar radion pagi ini. Kisah yang sepertinya, seringkali sudah kita dengar, bahkan, terkadang kita pun (baik secara sadar atau tidak) menjalankan perilaku ini, wallahu’alam bisshowab.
Dikisahkan bahwa Seorang kakak sedang mengajari adik nya berjalan,
è Sang kakak memberikan instruksi / petunjuk kepada si adik supaya dapat berjalan ke arah yang benar (tempat yang dituju),
è Sang kakak memberikan instruksi, kanan ‘sang adik pun mengikuti instruksi dari sang kakak,
è Ketika instruksi menyebutkan kiri, kanan, lurus, begitu pun selanjutnya, sehingga adiknya masih berjalan dalam koridor yang benar,
è Sampai, ketika sang kakak memberikan instruksi dengan berkata ‘kanan’ tetapi arah tangan yang ditunjuk adalah arah ‘kiri’, sehingga sang adik berjalan salah arah,
Kemudian sang adik pun dengan marahnya bergumam
'Uh, gimana sih kakak, bukannya ngasih petunjuk yang benar, malah salah, gimana saya mau jalan ke arah yang benar, wong yang ngasih instruksinya ajah gak ngerti dan salah’
Hikmah:
Pernah kah kita (tanpa menyadari-nya) pernah atau bahkan sering melakukannya. Tanpa kita pernah berpikir, atau kita kembali kepada cerita di atas, bahwa sang adik tidak pernah memuji sang kakak ketika telah memberikan instruksi atau petunjuk yang benar, tapi ketika sang kakak melakukan sebuah kesalahan, langsung di caci, di marahi, padahal sebenarnya, sikap yang harus dimiliki adalah membenarkan dengan keikhlasan atas kesalahan instruksi atau petunjuk yang telah di berikan.
Begitu pun terhadap pemimpin kita, baik di dalam rumah tangga, lingkungan sekitar, atau bahkan di Negara kita tercinta ini. Alangkah indahnya, jika kita dapat menjadi seorang yang arif dalam menyikapi sebuah persoalan. Wallahu’alam bisshowab.
So, bisa kah kita :
1. Menghargai, bahkan memuji pemimpin kita atas instruksi atau petunjuk – petunjuk ke jalan yang benar, ke arah yang akan kita tuju.
2. Membenarkan dengan Keikhlasan atas kesalahan yang dilakukan.
Semoga, kisah hikmah ini semakin membawa saya ke dalam sebuah pematangan mental, sikap, dan perilaku. Amiin.
Bekasi siang ini sangat panas, tapi makan siang dengan sayur kangkung di rumah makan pinggir Bekasi tetap nikmat, Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar