Selepas menyelesaikan sekolah di tingkat pertama, dan mulai menginjakkan kaki di sekolah kejuruan bidang ekonomi dan manajemen. Saya mulai bermimpi (tepatnya sejak tahun 1999, it's about 11 years ago), untuk dapat bekerja pada perusahaan seperti logo di atas. Bukan impian yang muluk, tapi ada satu dan serentetan alasan kenapa saya ingin bekerja di tempat tersebut. Salah satunya adalah informasi yang mengatakan bahwa bekerja di bank negara tersebut mendapat dulangan rupiah yang cukup untuk hajat hidup pribadi (istilahnya aman). Sampai saat ini pun saya masih berangan untuk bekerja pada bank negara ini, tapi sayang, keluarga, utamanya papa tidak mendukung saya untuk mencoba peruntungan dengan mengikuti tes yang di buka oleh bank negara. Jadi, saya belum pernah untuk berikhtiar untuk mencoba serentetan tes yang diselenggarakan dalam rangka penerimaan pegawai baru di lingkungan bank ini. :)
Seiring dengan pertumbuhan pemikiran dan perjalanan studi saya di sekolah menengah, cita dan angan pun bertambah, bergengsinya dan seringnya kakak kelas menyebutkan nama salah satu sekolah dinas di bawah asuhan departemen keuangan, yang berada di bilangan Bintaro Jakarta Selatan itu, memberikan motivasi tersendiri untuk saya, untuk melanjutkan studi di sekolah dinas tersebut. Lagi-lagi, ikhtiar saya tidak mengarah ke sini, karena satu faktor, malu saya menyebutkan, diakibatkan rumor negatif yang selalu diusung rekan saya (laki-laki), yang mengatakan bahwa : "untuk apa lo nyoba tes di sana, tesnya susah, lagian yang diterima di sana banyakan laki-laki, wanita dikit, mending gak usah". Hmmm, cuma gara-gara hal tersebut, angan saya selama 3 tahun (semenjak di tingkat satu), saya kubur, atau memang sudah jalannya kali ya. Tak tau lah, yang pasti, Sang Pemilik Skenario sudah membuatkan skenario yang sedemikian uniknya untuk diri pribadi Saya.
Melanjutkan pendidikan dengan status diploma milik pemerintah, lagi-lagi, saya selalu bersekolah dengan status negeri, maklum lah, sekolah negeri itu murah, terjangkau oleh semua masyarakat, walaupun kita tahu, bahwa dengan segala keterbatasan yang ada (pada zaman saya dulu, mungkin zaman ini sudah berbeda, agak lebih modern dan lebih terfasilitasi, tapi tetap dengan notabene, pendidikan yang dekat dengan pusat pemerintahan, yang jauh, hmm, jangan harap dapat tersentuh dengan baik oleh pemerintah, maklum lah, urusan pemerintah kan banyak, dan urusan di negara ini pun banyak *jadi curcol begini). Hembusan angin segar di kalangan para mahasiswa, yang dulunya, saya *pun mereka, meneriakkan dunia idealisme modern, yang selalu anti pemerintah, berusaha mengkoreksi pemerintah untuk tetap berjalan pada kaidah sesungguhnya (sungguh cita-cita mulia), tetapi, banyak para aktivitis, or mahasiswa yang anti pemerintah akhirny mengidamkan untuk duduk, bahkan bergabung dalam strukturisasi pemerintahan yang penuh birokrasi ini, bermain dalam kejam dunia intuisi.
Ya, itulah hidup, tapi tak ada salahnya untuk bergabung dalam birokrasi toh, siapa tahu, dengan adanya agen-agen peubah di dalamnya, dalam membawa perubahan yang signifikan bagi birokrasi itu sendiri, setidaknya bersih dan peduli rakyat (terkadang saya terenyuh, hanya bisa bersimpati, banyak agenda buat rakyat yang seharusnya di pikirkan oleh wakil rakyat --yang katanya dipilih oleh rakyat, untuk menyuarakan hati nurani rakyat--, dan para kroco-kroconya, termasuk rekan-rekan seperjuangan saya yang berkecimpung dalam parlemen dan birokrasi pemerintah.
Terlahir di propinsi yang sungguh kaya. Gimana gak kaya, dengan luas wilayah yang sekecil ini, memiliki banyak anggaran daerah, bisa dilihat jumlah mall yang banyak dan bertebaran, restoran, gedung2 tinggi, perkantoran, luar biasa bukan, pajak daerah yang bisa dipungut (itu berdasarkan kesimpulan singkat saya, yang baru menerima sedikit mata kuliah pajak daerah). Siapa yang tidak tertarik untuk bergabung dengan birokrasi ini, *termasuk saya, dengan alasan : 1) tidak ditempatkan selain di Jakarta tentunya, 2) Jam kerja yang dapat diterima jika nanti berperan ganda, sebagai istri, ibu, dan seorang wanita yang katanya ingin mengaktualisasikan diri. 3) ma'isyah yang cukup (insya Allah).
Dan lagi-lagi, ini hanya menjadi angan, impian, dan cita semata. *kagak dikasih restu sama papa (alasannya : syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tidak usah berambisi, jalani yang ada dengan maksimal saja ... :), apapun itu, saya mesti menerima, tanpa harus lagi bertanya). Satu hal yang saya percaya, jika tidak mendapat restu orang tua, maka jangan harap keberkahan, ataupun ridho dari Allah akan tercurah kepada saya. Jadi, cukup, tidak usah ngoyoh, atau iseng untuk mencoba, karena hanya akan membuang waktu, tenaga, dan energi semata. :)
Akhirnya, Allah melabuhkan kaki Saya untuk berpijak di perusahaan plat merah ini, setelah satu tahun sebelumnya Saya bergelut dengan perusahan milik pemda DKI di bilangan Bintaro Jakarta Selatan. Ikhtiar dan do'a antara Saya, keluarga dengan Tuhan pastinya membawa Saya untuk berlabuh disini. Perjalanan ini akan menginjakkan kakinya di usia ke-4. *tak disangka tak dinyana, waktu itu terus menggerus tahun ke tahun. Disini lah Saya mendulang banyak hikmah, perjuangan, dan arti hidup. Terima kasih juga untuk perusahaan pelat merah ini, karena akhirnya Saya dapat menunaikan janji Saya untuk melanjutkan studi sarjana Saya di kampus perjuangan - the yellow jacket-, maklumlah, untuk kuliah program ekstensi di kampus ini sangat mahal, semua sudah ada yang Mengatur Rezekinya. Tinggal saya mengetuk untuk pintu Rezeki lainnya.... ? :)
Kalibata,
Sabtu, bakda Tahsin,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar