Saya memanggilnya adek. Memang karena usianya yang jauh lebih muda dari Saya, dan memang dia masih kekanak-kanakan sekali. Nampak oleh Saya, beberapa tingkah laku dan karakternya belum menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang dewasa nan bijaksana. Ditambah lagi dengan posisinya sebagai anak bungsu, makin nampaklah semua kemanjaan dan berbagai sifat merajuk lainnya.
Seperti biasanya, selepas sholat maghrib, kami selalu berbincang-bincang di dalam keluarga, dari obrolan ringan, masalah kucing tetangga, sampah yang bertebaran, cuaca siang hujan, jemuran yang belum diangkat, sampai satu per satu anggota keluarga bercerita kisah hari ini di dalam hidupnya, tak terkecuali saya. Obrolan ini selalu diimbangi dengan makan malam. Sambil makan, sambil kenyang, sambil ngobrol, sambil berbagi. Lengkaplah semua hari-hari diantara kami.
Hingga sampai pada suatu perbincangan, sebenarnya obrolan ini hanya-lah keluh kesah saya semata. Curhat tingkat kegelisahan yang tak nampak sebabnya, dan tingkat pesimisme layaknya seorang hamba. Di dalam diam saya, adek mulai berbicara, sebuah kalimat, yang mendengarnya pun saya seperti tak percaya, yang membayangkannya pun tak pernah, tapi itulah hidup, indahnya untuk berbagi, mengambil hikmah dari siapapun, tanpa melihat subjek, tapi melihat content pembicaraan. Dengan santai, adek bilang "Ni, Allah has one million thousands plan for us". Thanks God, it's out of my mind if she said that.
Thanks for all. Ternyata perbincangan malam ini sangat menyenangkan. Ada sedikit kegelisahan dan pesimisme Saya yang mulai menguap. Terkadang, bahwasanya Saya lupa. Bahwa saya hanya menjalani peran dari Sang Maha Pemilik Skenario.
masih terngiang, saat adek bilang
'Allah has one million thousands plan for us'
sampai-sampai Saya bertanya
'Adek tadi siang di sekolah mentoring ya?'
nice girl.
nice quote uni,.
BalasHapusyup depend to Alloh, karena rencanaNya Begitu Indah bagi hambanya :)
:)
BalasHapus